Memulai Tahun Baru dengan Opini Positif Tentang Feminisme
Memulai tahun baru 2024, sudah sewajarnya dengan hal-hal positif yang tentunya diharapkan membawa kebahagian untuk kita, para wanita.
Salah satunya adalah, dengan mengubah beberapa opini yang selama ini salah tentang feminisme, menjadi hal yang positif dan patut kita syukuri hingga rayakan.
Sebelumnya mau disclaimer dulu ya, bahwa semua tulisan ini adalah opini saya pribadi, bukanlah sebuah kebenaran yang mutlak. Dan kalaupun mungkin berbeda dengan opini wanita lain, it's OK.
Jadi, siang tadi saya tuh secara tidak sengaja membaca sebuah tulisan yang bunyinya kurang lebih begini!
"Ladies,
Don't let the lies of feminism fool you.
- Marriage is wonderful
- Your fertility is a gift
- Sex is holy, you're not an object
- Hookups are meaningless
- Babies are blessing
- Motherhood is empowering"
Tulisan tersebut saya baca di medsos Threads, ditulis oleh akun @rrveld.
Dan i like soooo much dengan statement tersebut, karena selama ini, saya juga sedang mengamini hal-hal demikian.
Di masa yang penuh dengan kebebasan ini, semua orang punya kebebasan dalam berpendapat, termasuk para wanita yang menganut aliran feminisme garis keras.
Dulunya, saya juga termasuk dalam golongan tersebut, tapi tidak seekstrim pemikiran para feminist yang sering saya baca di masa sekarang.
Dan di tengah maraknya pola pikir 'ekstrim' para feminist zaman now, yang akhirnya malah bikin banyak wanita jadi overthinking sendiri. Tulisan di atas tuh rasanya mengademkan banget nggak sih?.
Saya sangat setuju, bahwa hal tersebut merupakan pola pikir positif yang harus dikampanyekan kepada banyak wanita, sebagai tonggak awal memulai tahun ini.
Memulai Tahun Baru 2024 dengan Opini Positif Tentang Feminisme
Memulai Opini Positif 'Marriage is wonderful' atau Pernikahan Adalah Hal Luar Biasa
Saking banyaknya berita-berita kandasnya pernikahan di media sosial, disertai dengan berbagai drama rumah tangga. Ternyata hal ini makin membuat banyak wanita yang memandang pernikahan sebagai sesuatu hal yang sia-sia.
Pernikahan, hanyalah sebuah cara untuk membuat wanita menjadi objek empuk perilaku patriarkis, yang mana tentunya ini sangat bertentangan dengan paham feminisme.
Karenanya, banyak yang merasa bahagia karena tidak menikah, namun juga menganggap orang yang menikah adalah sebuah tindakan yang salah dan terburu-buru.
Padahal, tidak ada sebuah pernikahan yang benar-benar terburu-buru, semuanya pasti selalu ada pemikiran panjang sebelumnya.
Kegagalan pernikahan dari banyak pasangan saat ini, tidak semata-mata karena terlalu cepat memutuskan untuk pernikahan. Namun seringnya dipicu oleh ketidak siapan manusia menjadi dewasa.
Pada kenyataannya, menikah adalah sebuah hal yang luar biasa. Seolah kita diberkahi dalam hidup untuk bisa berjalan mengantri 'pulang' kepada Tuhan dengan seorang teman hidup.
Hidup adalah sebuah perjalanan panjang yang melelahkan, bersama seorang sahabat terlebih jika muslim, suami adalah tameng istri dalam api neraka.
Betapa beruntungnya para wanita muslim yang menikah, karena setidaknya ada satu orang yang harus mempertanggung jawabkan perbuatan istrinya, sebelum istri itu sendiri.
Dalam kehidupan dunia, menghadapi berbagai ujian hidup, akan lebih mudah jika berdua. Meskipun, tentu saja akan lebih baik, jika teman hidup kita adalah pasangan yang mau berproses menuju kedewasaan tanpa ada kata menyerah.
Memulai Opini Positif 'Your Fertility is a Gift' atau Kesuburan Wanita Adalah Anugerah
Beratnya biaya hidup dan pendidikan anak (khususnya), sukses membuat banyak orang selalu nyinyir pada wanita yang punya anak banyak.
Berita kehamilan yang seharusnya dirayakan, malah berubah jadi sesuatu yang menjadi cemohan, bahkan dari sesama wanita itu sendiri.
Padahal, tidak ada yang salah dengan wanita yang sering hamil. Karena itu tanda dia memiliki kesuburan yang lebih. Dan tentu saja, Tuhan tidak akan asal menitipkan amanahnya, begitu saja kepada manusia.
Memulai Opini Positif 'Sex is Holy, You're Not an Object' atau Seks Adalah Hal Suci, Wanita Bukan Sebuah Objek
Hal lain yang sering jadi pemikiran yang salah adalah, anggapan bahwa sex, khususnya bagi istri, bagaikan hanya sebuah objek pemuas lelaki.
Mirisnya, dengan berkembangnya pemikiran ini, malah bikin semakin banyaknya wanita-wanita yang memutuskan memilih sex bebas tanpa menikah.
Karena anggapan bahwa menikah itu menakutkan dan mengukung wanita, bahkan takut dijadikan alat atau objek pemuas nafsu lelaki atau suaminya semata.
Di sisi lain, banyak juga para istri yang merasa enggan mengiyakan ajakan suami untuk melakukan kegiatan seksual yang aman dan halal dalam muslim. Salah satunya karena opini bahwa sex hanyalah menempatkan wanita atau istri sebagai objek semata.
Padahal, andai semua menyadari, betapa aktivitas seksual, khususnya untuk pasangan yang sudah menikah, adalah sebuah hal yang suci. Dalam Islam sendiri, aktivitas seksual suami istri bahkan dikaitkan dengan ibadah.
Memulai Opini Positif 'Hookups are Meaningless' atau Budaya Sex Bebas itu Tak Ada Artinya
Senada dengan poin di atas, anggapan bahwa sex hanyalah menempatkan wanita menjadi sebuah objek, membuat beberapa wanita merasa lebih senang melakukan sex bebas.
Bahkan di Indonesia yang mengadopsi adat ketimuran yang kental pun, mulai banyak yang memandang hal tersebut sebagai sesuatu yang biasa.
Padahal, budaya sex bebas itulah yang membuat wanita merugi banyak hal. Sering terjadi di masyarakat, drama-drama yang kita liat, berawal dari sex bebas.
Wanita yang melaporkan bahwa diperkosa pacarnya, ada juga yang melaporkan disuruh gugurin kandungan oleh calon mertuanya, dan sebagainya.
Belum lagi, jika memang melakukan sex bebas sambil direkam, betapa meruginya wanita karena itu.
Memulai Opini Positif 'Babies are Blessing' atau Bayi Adalah Berkah
Seiring dengan beratnya beban ekonomi yang dirasa, seperti biaya pendidikan dan kesehatan yang mahal. Ditambah budaya patriarkis yang masih kental di mana-mana, contohnya pemikiran bahwa melahirkan, menyusui, hingga mengurus anak hanyalah tugas wanita semata.
Hal ini membuat banyak paham feminisme berkembang salah, yaitu memandang bahwa punya anak itu beban. Hamil lagi itu adalah sebuah kesalahan.
Tidak sedikit juga wanita atau ibu yang depresi karena overthinking dengan anggapan seperti itu, sehingga makin banyak yang memutuskan untuk child free, serta menganggap wanita lain yang punya banyak anak sebagai keputusan yang tidak benar.
Padahal, andai kita para wanita menyadari, betapa kehadiran seorang bayi adalah berkah yang tak ternilai harganya.
Lihat saja bagaimana para pejuang garis dua dalam menantikan kehadiran buah hati, namun masih selalu dalam waiting list-nya Tuhan.
Uang sebanyak berapapun, tak akan bisa membeli anak kandung, jika Tuhan belum menghendaki.
Memulai Opini Positif 'Motherhood is Empowering"' atau Peran Ibu itu Memberdayakan
Yang terakhir ini paling sering jadi wanita berstatus ibu-ibu jadi overthinking lalu depresi sendiri. Di mana ketika ada wanita yang memutuskan hanya akan mengurus anak-anak dan suami serta rumah dengan fokus, dinilai tidak berdaya.
Sedihnya, yang menganggap demikian juga adalah para wanita juga.
Padahal, peran sebagai ibu itu luar biasa sekali loh. Liat saja para pemimpin negara ini, bukankah mereka juga lahir dan dibesarkan oleh seorang ibu?
Betapa mulianya dan hebatnya seorang ibu, yang mengorbankan sementara impiannya, demi mewujudkan impian anak-anaknya.
Kesimpulan dan Penutup
Banyak opini berlebihan yang jadinya negatif, dalam paham feminisme masa kini. Jadinya, boro-boro meng-support wanita, bahkan jadi boomerang yang bikin para wanita depresi.
Karenanya, saya pikir di awal tahun 2024 ini, adalah momen yang tepat dalam memulai segalanya. Khususnya memulai hidup baru dengan opini baru yang positif tentang feminisme, seperti di atas.
Surabaya, 07 Januari 2024
Sumber: opini pribadi
Gambar: Canva edit by Rey
Tulisan ini diikut sertakan dalam tantangan menulis dengan tema 'Memulai' untuk komunitas 1 Minggu 1 Cerita.