HR Rasuna Said, Pahlawan Wanita Indonesia yang Jadi Google Doodle Hari ini
Hal ini berkenaan dengan tanggal lahir sang pahlawan wanita Indonesia tersebut, yang jatuh pada hari ini.
Saya baru tahu, ketika buka laptop dan seperti biasa saya pasti buka google terlebih dahulu, lalu tertegun liat gambar (seperti) mamak-mamak berhijab di google, dan setelah beberapa saat baru ngeh kalau itu pahlawan nasional yang membanggakan, dan bakal saya bagikan ceritanya di Woman Daily.
Siapa itu HR Rasuna Said?
Ada yang tahu banget tentang HR Rasuna Said?
Saya sih tahu banget kalau beliau adalah seorang pahlawan pejuang kemerdekaan, karena namanya diabadikan sebagai nama jalan di Jakarta.
Source: pinodito.com |
Tapi, tahu nggak sih, saya baru ngeh loh kalau HR Rasuna Said ini seorang wanita.
Hajjah Rangkayo Rasuna Said, merupakan seorang wanita pahlawan pejuang kemerdekaan yang berasa dari Sumatera Barat.
Lahir di Maninjau Sumatera Barat, 14 September 1910.
Terlahir dari keluarga bangsawan Minang dari sang ayah Muhammad Said, yang merupakan seorang saudagar Minangkabau, yang juga merupakan mantan dari aktifis pergerakan di masanya.
Tidak heran ya, darah aktifisnya, turun ke anaknya, meskipun anaknya adalah seorang wanita.
Saya belum menemukan berita tentang ibu HR Rasuna Said, namun masa kecilnya ternyata dia sering ditinggalkan di rumah pamannya, lantaran ayahnya sering bepergian untuk berdagang.
Masa pendidikannya dilalui di sekolah agama, dan setamat sekolah dasar, oleh ayahnya HR Rasuna Said dikirim ke pesantren Ar-Rasyidiyah.
Menariknya, ketika itu, dia merupakan satu-satunya santri perempuan.
Saya nggak bisa bayangin sih ya, gimana caranya santri perempuan belajar di tengah-tengah santri laki-laki, tapi mengingat kedudukan darah birunya, semua hal bisa terjadi.
Sosoknya yang pandai, cerdas dan pemberanipun, telah terlihat sejak dari sini, terlebih ketika melanjutkan pendidikannya di Diniyah Putri Padang Panjang, di mana di sini, dia bertemu dengan sosok wanita hebat lainnya, pendiri sekolah Diniyah Putri, yang merupakan sekolah Islam putri pertama di Indonesia, yaitu Rahmah El Yunusiyyah.
Rahmah El Yunusiyyah merupakan seorang tokoh dalam gerakan Thawalib, yaitu gerakan yang dibangun oleh kaum reformis Islam di Sumatra Barat.
Bukan hanya belajar di sekolah Diniyah Putri, Rasuna juga pernah menjadi guru di sekolah tersebut.
Namun karena merasa, hal-hal yang diperjuangkannya, yaitu kemajuan dan pendidikan kaum wanita, masih terbatas, jika hanya dengan mendirikan sebuah sekolah putri.
Ketika itu Rasuna berpendapat, bahwa kemajuan kaum wanita, akan lebih mudah dilakukan, jika wanita juga mengenal yang namanya politik.
Dan bermaksud ingin memasukan ilmu politik dalam kurikulum sekolah, sayangnya ditolak oleh pihak sekolah Diniyah Putri.
Setelah itu, Rasuna Said memperdalam ilmu agamanya pada Haji Rasul atau Dr H Abdul Karim Amrullah.
Dan dari sinilah pandangan Rasuna semakin menguat dan memahami bahwa betapa pentingnya pembaharuan pemikiran Islam dan kebebasan berpikir semua orang.
Perjuangan HR Rasuna Said
Setelah memahami pentingnya politik untuk bisa melakukan perubahan, Rasuna Said lalu memulai karir politiknya di Sarekat Rakyat (SR) sebagai Sekretaris cabang.
Lalu, bersama Soematra Thawalib, kemudian mendirikan Persatuan Muslimin Indonesia (PERMI) di Bukittinggi tahun 1930.
PERMI banyak mendirikan sekolah-sekolah, termasuk sekolah Thawalib di Padang.
Dan Rasuna turut mengajar di sekolah-sekolah tersebut, bahkan dia juga memimpin kursus putri maupun normal kursus di Bukittinggi.
Setelah aktif di Sarekat Rakyat, Rasuna lalu bergabung dengan partai sarekat Islam, hingga akhirnya bergabung dan mendirikan PERMI.
HR Rasuna Said sangat mahir berpidato, seperti pada tanggal 23 Oktober 1932, dia menyampaikan sebuah pidato publik yang berjudul, 'Langkah-Langkah Menuju Kemerdekaan Rakyat Indonesia'.
Dalam pidato ini, Rasuna mengutuk para kolonial yang menghancurkan mata pencaharian rakyat Indonesia.
Pidato lainnya juga kembali dilayangkannya, seperti ketika Rasuna Said berpidato di hadapan seribu orang di Payahkumbuh, yang memproklamirkan kebijakan PREMI yaitu memperlakukan imperialisme sebagai musuh.
Pidato tersebut membuatnya ditangkap dan didakwa dengan Speekdelict atau pelanggaran berbicara, dan dijatuhi hukuman 15 bulan penjara, yang justru membuatnya makin terkenal secara nasional, karena jejak dan hukumannya sebagai seorang wanita pertama yang dikenali hukuman tersebut, tersebar luas.
Di mana, justru ketika Rasuna disidang, dia malah menyerukan kemerdekaan Indonesia, sehingga menarik dukungan yang lebih luas.
Rasuna Said akhirnya dipenjara di Semarang, Jawa Tengah. Di mana keberangkatannya dengan naik kapal ke Jawa, disaksikan lebih dari 1000 orang.
Selepas keluar dari penjara, Rasuna Said tak hanya berdiam diri, dia kembali meneruskan pendidikannya di Islamic College, di bawah pimpinan KH Mochtar Jahja dan Dr Kusuma Atmaja.
Selain terkenal dengan keberaniannya berpidato, Rasuna Said juga dikenal sebagai wanita yang berani dan blak-blakan dalam menulis.
Di tahun 1935, Rasuna menjadi pemimpin redaksi di sebuah majalah bernama Raya, yang merupakan majalah radikal di masanya.
Lalu di tahun 1937, Rasuna mendirikan perguruan putri di Medan, dan membuat koran mingguan untuk menyebar luaskan gagasan-gagasan pikirannya, bernama Menara Poeteri.
Koran Menara Poeteri ini sangat kental dengan soal wanita, dengan tujuan memasukan kesadaran pergerakan antikolonialisme pada kaum wanita.
Dengan menggunakan nama samatan Seliguri, Rasuna mengirimkan banyak tulisan yang dikenal tajam dan anti kolonial.
Selain itu, Rasuna Said juga berperan dalam pendiri organisasi Nippon Raya di Padang, meski akhirnya dibubarkan oleh pemerintah Jepang.
Kiprah HR Rasuna Said Terhadap Kaum Wanita
Terlahir dan dibesarkan dalam lingkungan muslim yangtaat, menjadikan Rasuna aktif berkampanye tentang hak-hak dan politik buat wanita.
Keyakinannya akan agama, justru membuatnya yakin, bahwa seharusnyalah seorang wanita terdidik dengan baik, juga mengerti tentang politik.
Hal itulah yang melatar belakangi Rasuna mendirikan PERMI, karena kekecewaannya ketika pertama kali pindah di Padang, dan mengetahui bahwa di sana, wanita dilarang mengenyam pendidikan, terlebih politik.
Di PERMI, kedudukan wanita punya kesetaraan dengan lelaki, hal ini berbeda dengan organisasi Islam lainnya, di mana wanita dikesampingkan, hingga selalu menjadi bawahan.
Bukan hanya masalah politik, kontroversi poligami juga pernah jadi polemik di ranah Minang ketika tahun 1930-an.
Saat itu poligami berakibat pada meningkatnya angka kawin cerai.
Lalu Rasuna Said menganggap hal ini sebagai bagian dari pelecehan terhadap kaum wanita.
Meskipun demikian, dia tetap membela hukum perkawinan Islam, termasuk di dalamnya poligami, hal ini dia lakukan, karena menurutnya, bahwa masalah yang ditimbulkannya adalah akibat dari masalah masyarakat, bukan hukum itu sendiri
Penutup
Selama ini, saya cuman lebih mengenali seorang Kartini sebagai pahlawan emansipasi wanita.
Ternyata HR Rasuna Said juga merupakan pahlawan yang tidak menginspirasi sepak terjangnya dalam dunia memperjuangkan kesetaraan wanita.
Dan sebagai wanita Indonesia, sudah seharusnyalah kita berterima kasih dan memberikan penghormatan dan doa pada beliau.
Dan juga, sudah seharusnya, kita meneruskan perjuangan HR Rasuna Said, demi kesetaraan wanita di segala bidang.
Sidoarjo, 14 September 2022
Sumber:
Sidoarjo, 14 September 2022
Sumber:
- https://id.wikipedia.org/wiki/Rasuna_Said
- https://www.youtube.com/watch?v=0UdeZ-fdxnk
Gambar: Canva edit by Rey